Filsafat Politik Sebagai Disiplin Akademik
Tulisan ini berbentuk summary dari artikel Filsafat Politik Sebagai Disiplin Akademik yang
ditulis oleh Agus Wahyudi. Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat dan Pemikiran Politik yang diampu oleh Triana
Ahdiati, M.Si.
Didalam
meringkas artikel ini, penulis menggunakan cara pembagian tahap
pembahasan menjadi dua bagian untuk mempermudah pemahaman. Di bagian
pertama, secara garis besar memperlihatkan bahwa adanya pemetaan
terhadap filsafat politik. Mulai dari arti, esensi, maupun pokok masalah
filsafat politik. Dimulai dari filsafat politik yang mempunyai esensi
dalam mengkritik maupun mengkonstruksi ulang produksi dari ilmu politik,
teori politik, maupun keduanya yang berupa kebijakan-kebijakan publik
yang terkadang menjadi irasional. Dari ilmu politik sendiri, filsafat
politik dapat mengkritisi atau menghasilkan opini atas adanya pemilu,
kudeta, kekuasaan, serta adanya pragmatisme atau realistisme. Dengan
kata lain, di dalam ilmu politik, filsafat politik mengambil peran
sebagai aktor yang mengkritisi suatu hal yang nyata dan dapat dirasakan
masyarakat. Selain itu, di dalam teori politik, filsafat politik
mengambil peran mengkritisi dan mengambil opini mengenai doktrinisasi,
suatu bentuk nilai-nilai yang ada di masyarakat, maupun adanya
idealisme-idealisme yang belum tercapai. Dengan demikian, esensi
filsafat politik lebih menonjol kepada suatu bentuk usaha mengkritisi,
mengomentari, mendesain ulang, maupun mengontruksi ulang suatu fenomena
politik berupa kebijakan atau respon pemerintah.
Selain
itu, didalam filsafat politik juga menjelaskan adanya sejarah dimana
filsafat politik tercipta atas dasar kebutuhan masyarakat akan hak,
kewajiban, dan ruang privat yang terus berkembang. Filsafat politik juga
terbentuk sebagai tindak lanjut atas filsafat ilmu pengetahuan dan
filsafat ilmu etika yang sudah ada sebelumnya. Di dalam filsafat ilmu
pengetahuan telah dijelaskan sebelumnya mengenai adanya pertanyaan
apapun yang dapat kita tanyakan mengenai ilmu pengetahuan. Sedangkan di
dalam filsafat ilmu etika menghasilkan produk-produk birokrasi berupa
tata aturan dan lain sebagainya. Jadi, keseluruhan dalam filsafat ilmu
politik adalah segala hal mengenai opini, kritik, dan masalah dalam
mempertanyakan apapun di dunia politik sehingga dapat menghasilkan
kebijakan baru atau teori baru.
Metode dan Pendekatan dalam Studi Filsafat Politik
Filsafat
politik tidak hanya sebatas disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Filsafat politik mempunyai bidang kajian berupa etika ( mencakup nilai
baik / buruk ) dan studi normatif ( mempelajari langsung ke dalam
pemikiran seseorang ( baik filsuf, guru besar, dll ) mengenai suatu hal.
Ada beberapa pendekatan ( metode ) yang digunakan dalam mengembangkan
ilmu filsafat politik, yaitu :
1. Pendekatan Sebagian vs Sistematis
Pendekatan
sebagian adalah sebuah pendekatan di mana seseorang mempelajari sebuah
kajian ilmu, misalnya demokrasi, ia mempelajari bidang kajiannya itu
berdasar hanya pada sebuah metode dimana kita dapat memberi makna
tentang partisipasi, kebebasan, hak, dan kewajiban dengan tujuan memberi
evaluasi bagi suatu kebijakan publik atau proses pelaksanaaan demokrasi
itu sendiri.
Sedangkan
pendekatan sistematis adalah sebuah pendekatan di mana seseorang dapat
mempelajari bidang kajiannya, misalnya demokrasi, secara menyeluruh dan
mencakup teori-teori dasar dan faktor-faktor yang menyebabkan banyak
gejala yang muncul dari aktivitas di dalam demokrasi yang kemudian dapat
dievaluasi secara berkala dan berkelanjutan. Dan menurut saya, yang
paling tepat adalah menggunakan pendekatan sistematis karena cakupan
filsafat politik beserta kajiannya sangat luas dan beragam sehingga
tidak dapat cukup dianalisis dengan melihat faktor dan hasil akhir tanpa
adanya evaluasi yang berkelanjutan.
2. Pendekatan Masalah vs Kritis
Pendekatan
masalah adalah sebuah pendekatan yang tidak hanya menerima tetapi juga
membantu menguatkan akar paradigma pandangan politiknya. Dalam
pendekatan masalah, masalah-masalah ideologi bangsa seperti Pancasila,
Marxisme, Komunis, dan lain sebagainya menjadi sebuah pandangan yang
diterima dengan sempurna. Ideologi-ideologi tersebut diperbaharui secara
berkelanjutan tanpa adanya mengubah sedikitpun apa yang telah ada.
Sedangkan
pendekatan kritis adalah sebuah pendekatan yang bertujuan
mempertanyakan dan mengkritik sebuah masalah, misalnya ideologi, dengan
sangat menilai setiap aspek bagi tindakan atau permasalahan. Jika mampu,
pendekatan kritis akan mencari jalan keluar menyelesaikan
kekurangan-kekurangan yang ada walaupun dengan jalan keluar mengubahnya
atau mengonstruksi ulang.
3. Commitment vs Detachment
Komitmen
menunjukkan mahasiswa mempunyai keterikatan teori di mana ia selalu
berusaha menjawab dan menerangkan segala sesuatu mengenai filsafat
politik. Di satu sisi positif ketika mahasiswa tersebut berusaha
menggali lebih dalam yang berkaitan dengan filsafat politik sehingga
memungkinkan menemukan hal baru, namun di sisi lain negatif ketika
mahasiswa tersebut memungkinkan adanya “perusakan” cita filsafat politik
itu sendiri.
Sedangkan
jarak menunjukkan adanya kesungguhan dalam filsafat politik di mana
jarak sama sekali tidak membahas filsafat politik lebih jauh, cukup
menganalisisnya dari segi pandang kausalitas sehingga ia tidak seekstrim
komitmen yang lebih memunculkan peluang negatif tetapi tidak sebaik
komitmen yang dapat mengungkap hal baru dalam filsafat politik.
Jika
dibahas lebih jauh mengenai filsafat politik, filsafat politik adalah
sebuah alat untuk mendefinisikan ulang mengenai konsep-konsep dan
praktik politik. Selain itu, filsafat politik
juga sebagai alat kritik ideologi, di mana filsafat politik sebagai
aktivitas berpikir yang terbuka, kritis, sistematis yang mampu menjadi
pencair segala kekakuan diktator ideologi. Filsafat politik ada pada
tataran ilmu di mana banyak pertanyaan yang muncul tentang
pertanyaan-pertanyaan permanen yang bercerita tentang politik dan selalu
ada jawabannya, kemudian filsafat politik mencoba menemukan jawabannya
walaupun berbeda dengan cara ilmiah. Maka dari itu, seorang ilmuwan
tidak boleh menerima begitu saja dogma yang tercipta sehingga filsafat
politik hadir menjadi pengontruksi ulang sebuah dogma atau hanya sebatas
memperbaharui.
DAFTAR REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar