Kamis, 20 Maret 2014

Filsafat Politik Sebagai Disiplin Akademik

Seorang ahli filsafat pernah mengatakan" hari ini adalah lanjutan dari hari kemarin"

Filsafat Politik Sebagai Disiplin Akademik


Tulisan ini berbentuk summary dari artikel Filsafat Politik Sebagai Disiplin Akademik yang ditulis oleh Agus Wahyudi. Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Pemikiran Politik yang diampu oleh Triana Ahdiati, M.Si.
Didalam meringkas artikel ini, penulis menggunakan cara pembagian tahap pembahasan menjadi dua bagian untuk mempermudah pemahaman. Di bagian pertama, secara garis besar memperlihatkan bahwa adanya pemetaan terhadap filsafat politik. Mulai dari arti, esensi, maupun pokok masalah filsafat politik. Dimulai dari filsafat politik yang mempunyai esensi dalam mengkritik maupun mengkonstruksi ulang produksi dari ilmu politik, teori politik, maupun keduanya yang berupa kebijakan-kebijakan publik yang terkadang menjadi irasional. Dari ilmu politik sendiri, filsafat politik dapat mengkritisi atau menghasilkan opini atas adanya pemilu, kudeta, kekuasaan, serta adanya pragmatisme atau realistisme. Dengan kata lain, di dalam ilmu politik, filsafat politik mengambil peran sebagai aktor yang mengkritisi suatu hal yang nyata dan dapat dirasakan masyarakat. Selain itu, di dalam teori politik, filsafat politik mengambil peran mengkritisi dan mengambil opini mengenai doktrinisasi, suatu bentuk nilai-nilai yang ada di masyarakat, maupun adanya idealisme-idealisme yang belum tercapai. Dengan demikian, esensi filsafat politik lebih menonjol kepada suatu bentuk usaha mengkritisi, mengomentari, mendesain ulang, maupun mengontruksi ulang suatu fenomena politik berupa kebijakan atau respon pemerintah.
Selain itu, didalam filsafat politik juga menjelaskan adanya sejarah dimana filsafat politik tercipta atas dasar kebutuhan masyarakat akan hak, kewajiban, dan ruang privat yang terus berkembang. Filsafat politik juga terbentuk sebagai tindak lanjut atas filsafat ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu etika yang sudah ada sebelumnya. Di dalam filsafat ilmu pengetahuan telah dijelaskan sebelumnya mengenai adanya pertanyaan apapun yang dapat kita tanyakan mengenai ilmu pengetahuan. Sedangkan di dalam filsafat ilmu etika menghasilkan produk-produk birokrasi berupa tata aturan dan lain sebagainya. Jadi, keseluruhan dalam filsafat ilmu politik adalah segala hal mengenai opini, kritik, dan masalah dalam mempertanyakan apapun di dunia politik sehingga dapat menghasilkan kebijakan baru atau teori baru.
Metode dan Pendekatan dalam Studi Filsafat Politik
Filsafat politik tidak hanya sebatas disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Filsafat politik mempunyai bidang kajian berupa etika ( mencakup nilai baik / buruk ) dan studi normatif ( mempelajari langsung ke dalam pemikiran seseorang ( baik filsuf, guru besar, dll ) mengenai suatu hal. Ada beberapa pendekatan ( metode ) yang digunakan dalam mengembangkan ilmu filsafat politik, yaitu :
1. Pendekatan Sebagian vs Sistematis
Pendekatan sebagian adalah sebuah pendekatan di mana seseorang mempelajari sebuah kajian ilmu, misalnya demokrasi, ia mempelajari bidang kajiannya itu berdasar hanya pada sebuah metode dimana kita dapat memberi makna tentang partisipasi, kebebasan, hak, dan kewajiban dengan tujuan memberi evaluasi bagi suatu kebijakan publik atau proses pelaksanaaan demokrasi itu sendiri.
Sedangkan pendekatan sistematis adalah sebuah pendekatan di mana seseorang dapat mempelajari bidang kajiannya, misalnya demokrasi, secara menyeluruh dan mencakup teori-teori dasar dan faktor-faktor yang menyebabkan banyak gejala yang muncul dari aktivitas di dalam demokrasi yang kemudian dapat dievaluasi secara berkala dan berkelanjutan. Dan menurut saya, yang paling tepat adalah menggunakan pendekatan sistematis karena cakupan filsafat politik beserta kajiannya sangat luas dan beragam sehingga tidak dapat cukup dianalisis dengan melihat faktor dan hasil akhir tanpa adanya evaluasi yang berkelanjutan.
2. Pendekatan Masalah vs Kritis
Pendekatan masalah adalah sebuah pendekatan yang tidak hanya menerima tetapi juga membantu menguatkan akar paradigma pandangan politiknya. Dalam pendekatan masalah, masalah-masalah ideologi bangsa seperti Pancasila, Marxisme, Komunis, dan lain sebagainya menjadi sebuah pandangan yang diterima dengan sempurna. Ideologi-ideologi tersebut diperbaharui secara berkelanjutan tanpa adanya mengubah sedikitpun apa yang telah ada.
Sedangkan pendekatan kritis adalah sebuah pendekatan yang bertujuan mempertanyakan dan mengkritik sebuah masalah, misalnya ideologi, dengan sangat menilai setiap aspek bagi tindakan atau permasalahan. Jika mampu, pendekatan kritis akan mencari jalan keluar menyelesaikan kekurangan-kekurangan yang ada walaupun dengan jalan keluar mengubahnya atau mengonstruksi ulang.
3. Commitment vs Detachment
Komitmen menunjukkan mahasiswa mempunyai keterikatan teori di mana ia selalu berusaha menjawab dan menerangkan segala sesuatu mengenai filsafat politik. Di satu sisi positif ketika mahasiswa tersebut berusaha menggali lebih dalam yang berkaitan dengan filsafat politik sehingga memungkinkan menemukan hal baru, namun di sisi lain negatif ketika mahasiswa tersebut memungkinkan adanya “perusakan” cita filsafat politik itu sendiri.
Sedangkan jarak menunjukkan adanya kesungguhan dalam filsafat politik di mana jarak sama sekali tidak membahas filsafat politik lebih jauh, cukup menganalisisnya dari segi pandang kausalitas sehingga ia tidak seekstrim komitmen yang lebih memunculkan peluang negatif tetapi tidak sebaik komitmen yang dapat mengungkap hal baru dalam filsafat politik.
Jika dibahas lebih jauh mengenai filsafat politik, filsafat politik adalah sebuah alat untuk mendefinisikan ulang mengenai konsep-konsep dan praktik politik. Selain itu, filsafat politik juga sebagai alat kritik ideologi, di mana filsafat politik sebagai aktivitas berpikir yang terbuka, kritis, sistematis yang mampu menjadi pencair segala kekakuan diktator ideologi. Filsafat politik ada pada tataran ilmu di mana banyak pertanyaan yang muncul tentang pertanyaan-pertanyaan permanen yang bercerita tentang politik dan selalu ada jawabannya, kemudian filsafat politik mencoba menemukan jawabannya walaupun berbeda dengan cara ilmiah. Maka dari itu, seorang ilmuwan tidak boleh menerima begitu saja dogma yang tercipta sehingga filsafat politik hadir menjadi pengontruksi ulang sebuah dogma atau hanya sebatas memperbaharui.
DAFTAR REFERENSI
“Metode dan Pendekatan dalam Studi Filsafat Politik,” uns.ac.id, last modified September 29 2013, ihtiroom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar